Kebangkitan Dunia Layar

Di grup alumni sekolahku, ada seorang ibu-ibu yang cerita, dalam situasi PSBB seperti ini gak sesulit yang dibayangkan. Dapat dimaklumi. PNS, digaji reguler. Entah kalau IRT yang suaminya kerja serabutan. Mungkin beda responsnya.

Ramadhan memang menajamkan respons, bahkan feeling. Jadi ingat sessi training di Batra dulu. Ada pembahasan mengenai teori respons feeling. Memahami apa yang diucapkan dan memahami apa yang dimaksudkan. Lalu tindakan tepat apa yang perlu diambil. Begitu kira-kira. Salah gak sih? Hahaha....

Sore tadi saya membaca sebuah artikel. Judulnya agak aneh. The New Abnormal. Masih tersangkut paut dengan covid-19.

Ada istilah "wei/danger" dan "ji/opportunity" katanya. Meminjam istilah krisis dalam bahasa China. Singkatnya, dalam setiap krisis selalu ada 2 itu. Mungkin juga maksudnya, kita harus cerdas memaknai setiap krisis lalu secara cerdas pula mengambil langkah-langkah srategis "memanfaatkan" peluang yang muncul darinya. Hehehe, ngarang saja.

Intinya pasca Covid-19 ada 4 trend yang harus disikapi, sebab 4 trend ini akan sangat mempengaruhi pola perilaku manusia, kira-kira begitu. Ini saya tuliskan saja pake bahasa aslinya....

The Rise of the Screens.
E-commerce is Now an Imperative.
The Super App Phenomenon Prevails.
Content Interactions and Preference Shifts.

Sejak beberapa hari setelah dikirimi soft copy artikel itu, saya jujur memang mikir. Ini mau bagaimana ke depannya? Apa yang musti dilakukan? Dan sebagainya.

Kembali ke tulisan ibu-ibu di atas. Bahasanya begini....

Gegara Covid, wis gak perlu ke pasar syekh...
Semua serba online
Beli telur ada tetangga yang siap kirim
Bahan-bahan makanan beli di koperasi kampus
Sayuran akeh sing keliling...
Ada juga yang delivery.
Pengin kopi tinggal buat. Atau pesan gofood....

Baju, wis gak perlu beli lagi....
Pakai paradigma lama, gak beli kalau gak butuh.
Kalau butuh, ada grup ibu-ibu yang hampir semua punya jualan. Tinggal japri, sudah dikirim....

Begitu kira-kira pernyataannya.
Simpel dan mudah.

Tapi saya melihat kemarin, orangtua murid saya di Panti. Bersepeda onthel, berdua dengan istri, yang sama-sama sudah lanjut usia. Siang-siang di bulan Ramadhan.

Allahu akbar. Saya spontan trenyuh...
Membayangkan jauhnya ngontel itu dari desanya yang di pinggir Kali Progo ke Godean (asumsi saya).

Kira-kira ummat ini banyakan yang mana? Yang kaya ibu-ibu temen saya itu atau bapak/ibu murid panti saya itu???

Sore ini, saya spontan menjadwalkan kunjungan ke rumah anak santri saya itu. Insya Allah.

Kebangkitan dunia layar itu memang terjadi. Turning to screen to survive. Edan! Aku terdiam tak bisa berkata-kata.

***

Artikel di atas sepertinya ditulis oleh orang "kota."

Di desaku sekarang tinggal, pun juga sudah seperti itu polanya. Saya sendiri pun beberapa, memanfaatkan "peluang" itu.

Tapi sekarang saya bukan lagi karyawan atau pekerja. Sampai kapan "kemampuan" tekan-tekan tombol pesan lalu dikirim ke rumah itu bertahan? Hehehe

Sebelum stabilitas ekonomi negara goncang. Perlu melakukan tindakan terobosan melalui "peluang" yang sedang terjadi. Apa kira-kira, jujur, saya sedang memikirkannya. Yang tergambar koq membuat "supermarket" sayuran segar. Offline dan online.

Serius. Sayur mayur segar. Ini gambar-gambarnya. Sebentar nanti terpampang di website saya khusus jualan sayur mayur.

Seger-seger kan ya... Hehehe...

Jadi simpulannya, jualan sayur mayur memanfaatkan The Rise of The Screens. Hehehe
Insya Allah.

Allahumma taqabbal minna hajatana.


Komentar